Di tengah riuhnya kota, kopi bukan lagi sekadar minuman. Ia menjadi ruang rehat yang sunyi, tempat orang-orang menyusun ulang pikirannya di antara satu pertemuan dan lainnya. Tapi di balik setiap gelas dari brand Kopi Kenangan, tersimpan jejak langkah yang tidak sederhana. Ada tiga sosok pendiri Kopi Kenangan yang berani menjadikan secangkir minuman sebagai awal dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar bisnis.
Mereka tidak memulai dengan kemewahan. Tidak pula dengan strategi agresif ala konglomerat lama. Sebaliknya, semua dimulai dari pertanyaan sederhana: mengapa kopi yang enak dan berkualitas harus sulit dijangkau? Mengapa tidak menciptakan bisnis kopi sukses yang bisa dinikmati siapa saja—dari mahasiswa hingga pekerja kantoran, dari kota besar hingga ke pinggiran?
Nama Edward Tirtanata kemudian muncul sebagai tokoh sentral. Ia melihat peluang bukan sekadar dari tren, tapi dari kebutuhan manusia yang ingin merasa terhubung—dengan rasa, harga, dan suasana. Ia tidak bekerja sendiri, tetapi bersama dua rekan yang melengkapi perjalanan ini dengan strategi dan kreativitas.
Tiga Pendekar Kopi Kenangan
Di balik keberhasilan bisnis kopi sukses bernama Kopi Kenangan, ada tiga pendiri dengan peran unik yang saling melengkapi. Mereka bukan hanya rekan bisnis, tapi juga pencipta budaya minum kopi baru di Indonesia. Masing-masing membawa kekuatan berbeda, yang ketika disatukan, menghasilkan fondasi kokoh bagi brand yang kini dikenal luas. Inilah kisah reflektif tentang Edward Tirtanata, James Prananto, dan Cynthia Chaerunnisa.
Simak Juga : Teknologi Kopi Kenangan Inovasi Digital
1. Edward Tirtanata – Si Visioner
Sebagai sosok yang pertama kali menggagas ide Kopi Kenangan, Edward Tirtanata memulai langkahnya dari pengalaman membangun Lewis & Carroll, sebuah brand teh premium yang cukup dikenal di kalangan urban. Namun, di balik kesuksesan itu, Edward menyadari bahwa hanya melayani segmen atas bukanlah panggilan jiwanya. Ia justru melihat potensi besar pada kebiasaan minum kopi masyarakat Indonesia, dan di sanalah ide untuk menciptakan kopi lokal berkualitas dengan harga terjangkau mulai terbentuk.

Edward percaya bahwa cita rasa tidak seharusnya eksklusif. Ia ingin siapa pun bisa menikmati kopi yang enak tanpa merasa asing atau takut akan harga. Di sinilah benih pendiri Kopi Kenangan mulai tumbuh: dari keinginan sederhana untuk membuat kopi yang dekat, mudah diakses, namun tetap berkualitas.
Visinya tidak berhenti pada rasa saja. Edward juga melihat pentingnya membangun identitas brand yang kuat dan relevan. Ia memahami bahwa masyarakat urban ingin cepat, praktis, tapi tetap punya hubungan emosional dengan apa yang mereka konsumsi. Maka dari itu, Kopi Kenangan dibentuk tidak hanya sebagai produk, melainkan sebagai simbol gaya hidup baru—dimana kenangan diciptakan dari hal-hal sederhana.
2. James Prananto – Arsitek Sistem
Jika Edward adalah penggagas ide, maka James Prananto adalah otak di balik struktur operasionalnya. Latar belakang James di bidang keuangan dan teknologi membuatnya menjadi sosok yang tepat untuk mengatur sistem dan skema ekspansi Kopi Kenangan secara efisien dan berkelanjutan.

James memiliki kepekaan bisnis yang tajam. Ia tahu bahwa ide bagus tanpa eksekusi yang tepat hanya akan menjadi angan-angan. Maka ia membangun sistem supply chain yang solid, mengadopsi teknologi pemesanan digital sejak awal, dan memastikan bahwa pengalaman pelanggan di setiap gerai tetap konsisten. Dalam banyak wawancara, James selalu menekankan pentingnya “repeatable excellence”—kemampuan untuk menghadirkan kualitas dan pelayanan yang bisa diulang secara konsisten di mana pun lokasi gerai berada.
Dalam prosesnya, James tidak hanya berfokus pada efisiensi. Ia juga menjaga nilai-nilai yang diyakini oleh para pendiri Kopi Kenangan: menjaga kualitas, menjangkau lebih luas, dan membangun sistem kerja yang sehat. Ia menggabungkan logika dengan empati, menjadikan perannya lebih dari sekadar COO, tapi juga sebagai penjaga visi yang membumi.
3. Cynthia Chaerunnisa – Sentuhan Emosi
Branding bukan hanya soal warna dan logo. Bagi Cynthia Chaerunnisa, branding adalah bagaimana pelanggan merasa saat melihat, membaca, dan menyentuh produk. Sebagai Chief Brand Officer, Cynthia membawa pendekatan yang sangat personal ke dalam Kopi Kenangan. Ia ingin setiap elemen komunikasi brand—mulai dari nama menu hingga campaign media sosial—mengandung rasa yang bisa dikenang.
Cynthia memiliki kepekaan estetik yang tinggi, tapi juga kemampuan untuk memahami psikologi pelanggan. Ia tahu bahwa di tengah persaingan bisnis kopi sukses yang sangat ketat, hal yang membedakan adalah bagaimana brand bisa “berbicara” kepada pelanggan. Di tangannya, Kopi Kenangan menjadi lebih dari sekadar produk—ia menjadi teman cerita, menjadi penghibur di sela rutinitas, bahkan menjadi simbol keakraban.
Desain kemasan yang playful, nama menu yang lucu namun relatable, dan strategi komunikasi yang menyentuh generasi muda secara emosional adalah buah dari tangan Cynthia. Ia menjadikan branding sebagai ruang ekspresi, dan membuat setiap pelanggan merasa menjadi bagian dari narasi Kopi Kenangan itu sendiri.
Simak Juga : Branding Kopi Kenangan dan Pemasaran
Kolaborasi yang Menyatukan Visi dan Nilai
Keberhasilan Kopi Kenangan tidak lahir dari satu otak jenius, tapi dari kolaborasi tiga pribadi yang saling percaya dan saling melengkapi. Mereka menyadari bahwa untuk membuat sesuatu yang berdampak luas, dibutuhkan lebih dari sekadar ide atau dana—dibutuhkan nilai bersama, komunikasi yang terbuka, dan rasa hormat terhadap peran masing-masing.
Edward membawa arah dan visi jangka panjang. James memastikan semuanya berjalan dengan sistematis. Cynthia membungkus semuanya dalam narasi yang hangat dan manusiawi. Sinergi inilah yang menjadi kekuatan utama Kopi Kenangan sebagai brand yang tidak hanya cepat tumbuh, tetapi juga relevan dan dicintai.
Sebagai pendiri Kopi Kenangan, mereka telah membuktikan bahwa bisnis yang sukses tidak harus dibangun dengan agresi dan eksklusivitas. Justru sebaliknya: dengan empati, rasa, dan strategi yang tajam, sebuah bisnis bisa tumbuh besar tanpa kehilangan akarnya.
Kini, setiap kali kita memesan kopi dari gerai mereka, kita tidak hanya menikmati minuman. Kita ikut merasakan hasil dari perjalanan panjang, keputusan penuh risiko, dan kerja keras tiga anak muda yang percaya bahwa secangkir kopi bisa menyimpan ribuan kenangan.
Menyeduh Nilai, Bukan Sekadar Produk
Dalam era bisnis yang bergerak cepat, tidak banyak brand yang mampu bertahan sekaligus membentuk kultur baru. Kopi Kenangan adalah pengecualian. Ia tidak sekadar menjual kopi, tetapi juga menyebarkan nilai: kesederhanaan, keakraban, dan keberanian untuk berpikir berbeda. Apa yang dilakukan para pendirinya adalah membalik pola lama: bahwa keberhasilan bisa dibangun bukan dari eksklusivitas, tapi dari kedekatan.

Salah satu hal yang membedakan Kopi Kenangan dari pemain lainnya adalah komitmennya pada kualitas lokal. Mereka percaya bahwa biji kopi Indonesia punya kekuatan untuk bersaing, dan konsistensi rasa tidak harus berasal dari importir besar. Melalui pendekatan ini, pendiri Kopi Kenangan membuktikan bahwa keberpihakan pada produk lokal bukan hanya bentuk nasionalisme, tetapi strategi bisnis yang berkelanjutan.
Lebih jauh lagi, konsep brand mereka pun menolak formalitas yang kaku. Lewat kampanye lucu, menu dengan nama yang relatable, serta komunikasi media sosial yang santai, mereka berbicara dalam bahasa anak muda—bahasa yang tidak menggurui, melainkan mengajak.
Edward, James, dan Cynthia telah menyeduh lebih dari sekadar kopi. Mereka menyeduh kepercayaan baru: bahwa bisnis bisa terasa manusiawi, bahwa brand bisa punya rasa, dan bahwa pertumbuhan bisa dibangun dari cerita yang jujur.
Transformasi yang mereka bawa bukan hanya pada industri F&B, tetapi juga pada cara kita memandang bisnis itu sendiri. Kopi Kenangan bukan lagi sekadar tempat membeli minuman, tapi ruang di mana kenangan dibuat, dan makna dibagikan setiap harinya.
Simak Juga : Manajemen Kopi Kenangan Kelola Ratusan Gerai
Menginspirasi Lewat Secangkir Keberanian
Apa yang membuat sebuah brand bertahan lebih dari tren? Bukan hanya inovasi. Bukan juga modal besar. Tapi keberanian untuk memulai dari nol dengan nilai yang jelas dan hati yang tulus. Kisah para pendiri Kopi Kenangan adalah pengingat bahwa bisnis tidak harus dibangun di atas ambisi kosong. Ia bisa lahir dari rasa peduli, dari pengamatan jujur terhadap keseharian, dan dari hasrat untuk menyederhanakan sesuatu yang selama ini tampak rumit.
Edward Tirtanata, James Prananto, dan Cynthia Chaerunnisa bukan hanya pengusaha. Mereka adalah pencerita. Dan kisah yang mereka bangun kini tersebar di ratusan gerai, diserap lewat aroma kopi, dan tertinggal di hati pelanggan yang merasa dikenali.
Jika kamu punya mimpi, kisah mereka membuktikan satu hal: kamu tidak perlu menunggu semuanya sempurna. Mulailah dari apa yang kamu tahu, bersama orang-orang yang kamu percaya, dan dengan nilai yang kamu pegang teguh. Karena siapa tahu, mungkin dunia sedang menunggu secangkir kenangan darimu juga.